Menurut Kitab Suci Keperawanan_abadi_Maria

Kitab-kitab Perjanjian Baru (PB) menuliskan mengenai saudara-saudara perempuan dan laki-laki dari Yesus; mereka disebutkan dalam sejumlah ayat seperti Markus 6:3, Matius 13:55, Yohanes 7:3, Kisah Para Rasul 1:14 dan 1 Korintus 9:5[95] dan termasuk juga Yakobus, Yoses (disebut demikian dalam Markus 6:3, namun disebut "Yusuf" dalam Matius 13:55), Simon, dan Yudas. Ayat-ayat tersebut terkesan membantah keperawanan abadi Maria, tetapi ada kemungkinan penjelasan-penjelasan yang mengarah pada kesimpulan bahwa "tidak dapat dikatakan kalau PB mengidentifikasi [saudara-saudara Yesus] tanpa keraguan sebagai saudara-saudara sedarah dan karenanya sebagai anak-anak Maria".[96][97]

Sepupu, saudara tiri, saudara kandung?

Sehubungan dengan Markus 6:3, Hieronimus sepertinya menyuarakan opini umum mengenai keperawanan abadi Maria untuk menentang pandangan di sekitar tahun 382 oleh Helvidius yang menyatakan bahwa mereka adalah anak-anak Yusuf dan Maria;[95] Hieronimus mengajukan kemungkinan bahwa mereka adalah sepupu Yesus, anak-anak Maria istri Kleopas. Pandangan yang didasari dari keyakinan Hieronimus ini hampir secara umum ditolak, kecuali oleh Gereja Katolik Roma.[92] Pandangan yang paling banyak didukung oleh para Bapa Gereja, dan didukung beberapa penulis modern seperti Lightfoot, adalah pandangan Epifanius: bahwa mereka adalah anak-anak Yusuf dari perkawinan sebelumnya, di mana pandangan ini umum diterima di kalangan Kekristenan Timur.[95] Sebuah hipotesis yang lebih baru mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak Kleopas, seorang saudara dari Yusuf (menurut Hegesippus), dan "Maria, ibu Yakobus dan Yoses"; sehingga merupakan saudara ipar dari Maria ibu Yesus.[95]

Leon Morris mengatakan bahwa, dalam kaitan dengan 1 Korintus 9:5, "penafsiran yang paling alamiah adalah bahwa ["saudara-saudara Tuhan"] merupakan anak-anak Yusuf dan Maria".[98] CK Barrett sependapat dengan alasan bahwa bagian ini "paling wajar diambil untuk merujuk pada anak-anak Maria dan Yusuf", namun ia menyatakan juga kemungkinan bahwa mereka "dapat dipahami ... anak-anak Yusuf dari istri yang sebelumnya".[99] Konsep tersebut, bahwa mereka adalah anak-anak Yusuf dan Maria, sangat mungkin bersumber dari pandangan Helvidius sebagaimana dituliskan oleh Vincent Taylor. Dan menurut Taylor, pandangan ini didukung oleh setidaknya beberapa Bapa Gereja[petikan diperlukan] dan oleh "banyak ahli modern"; Taylor juga menganggap pandangan ini sebagai "yang paling sederhana dan paling alamiah".[92]

Karl Keating menolak pandangan tersebut; dalam bukunya Catholicism and Fundamentalism ia menuliskan bahwa Helvidius adalah orang pertama selama lebih dari 380 tahun yang mengklaim secara langsung bahwa Maria mempunyai lebih dari satu anak dan Helvidius juga tidak dapat menemukan jawaban atas pembelaan dari Hieronimus. Selain itu, dua Bapa Gereja yang dikutip Helvidius untuk mendukung klaimnya adalah Tertulianus, seorang bidat, dan Viktorinus, yang mana dalam tulisan-tulisannya ternyata ada kesalahan kutipan.[100] Keating membela hipotesis Hieronimus dan menyimpulkan dari berbagai teks Alkitab dengan merujuk para perempuan yang ada di bawah Salib, seiring dengan kesaksian Hegesippus, bahwa Yakobus Muda dan Yusuf (Yoses), setidaknya tentu anak-anak dari Kleopas; sementara, menurut Keating, Maria yang disebut dalam Matius 27:56 dan Markus 15:40 tentu adalah Maria istri Klopas. Menurutnya Yakobus, yang sebelumnya disebut Yakobus Muda dan Yakobus anak Klopas, disebut juga Yakobus anak Alfeus (Matius 10:3); Klopas dan Alfeus dianggap sebagai penyebutan yang berbeda saja dari nama yang sama, seperti pada Saulus dan Paulus.[101]

"Sampai"

Matius 1:25 menyatakan bahwa Yusuf tidak melakukan hubungan suami istri dengan Maria "sampai" (Yunani: ἕως οὗcode: el is deprecated ) ia melahirkan Yesus. Penulis seperti R.V. Tasker[102] dan D. Hill[103] berpendapat bahwa hal ini menyiratkan kalau Maria dan Yusuf melakukan hubungan suami istri sebagaimana lazimnya setelah kelahiran Yesus. Penulis lainnya, seperti K. Beyer, menjelaskan bahwa kata Yunani ἕως οὗ setelah suatu rangkaian kata negatif kerap kali tidak ada implikasi sama sekali mengenai apa yang terjadi setelah batas waktu yang diindikasikan, dan Raymond E. Brown juga melihat bahwa konteks tersebut cenderung pada tiadanya implikasi masa depan sebab Matius hanya menyorot dengan penekanan pada keperawanan Maria sebelum kelahiran Yesus.[104]:132 Teks lainnya seperti 2 Samuel 6:23, Kejadian 8:7, dan Ulangan 34:6 menunjukkan penggunaan yang serupa dengan kata "sampai". Karl Keating menekankan bahwa jika penggunaan modern dari kata "sampai" dipaksakan pada ayat-ayat seperti itu maka akan menghasilkan berbagai makna yang aneh.[105] Dalam peristiwa Yesus ditemukan di Bait Allah (Lukas 2:41-51), Keating menuliskan bahwa tidak ada indikasi kehadiran 'adik-adik' Yesus saat itu; sebaliknya, Maria dan Yusuf tanpa keraguan bergegas kembali ke Yerusalem, yang mana —menurutnya— mereka tentu akan berpikir dua kali untuk melakukan hal itu seandainya ada anak-anak lain yang perlu diperhatikan juga. Ia juga memperhatikan bahwa "saudara-saudara" Yesus tidak pernah disebut sebagai anak Maria bahkan pada saat Yesus disebut demikian, dan ia juga berpendapat bahwa para adik dalam budaya Yahudi tidak pernah menegur, atau bahkan memberi nasihat, kepada kakaknya, sebab hal itu dianggap sebagai sikap yang sangat tidak menghormati, sementara "saudara-saudara" Yesus tercatat melakukan hal tersebut di beberapa kesempatan (misalnya: Yohanes 7:3-4).[106]

[[Berkas:The Annunciation, by Francesco Albani.jpg|jmpl|kiri|180 px|The Annunciation, karya Francesco Albani. "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?", Lukas 1:34]]

Anunsiasi

Gregorius dari Nyssa menafsirkan tanggapan Maria kepada malaikat Gabriel saat diberitahu bahwa ia akan mengandung (Lukas 1:34, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?") sebagai tanda bahwa Maria telah mengucapkan kaul (sumpah) keperawanan untuk seumur hidupnya, bahkan dalam perkawinan: "Seandainya Yusuf telah mengambilnya untuk menjadi istrinya dengan tujuan memiliki anak, mengapa ia bertanya-tanya saat pengumuman kehamilannya, sebab ia sendiri akan menerima untuk menjadi seorang ibu sesuai hukum kodrat?".[107] Howard Marshall terang-terangan menolaknya: "Tidaklah mungkin untuk mengetahui bagaimana teks tersebut dapat menghasilkan makna tersebut".[108] Taylor memiliki pandangan yang serupa dengan Marshall dan merujuk pada pernyataan Lightfoot bahwa ungkapan yang digunakan di sini dan Lukas 2:7 "akan dihindari oleh para penulis yang percaya pada keperawanan abadi Maria".[109]

Namun Keating membela Gregorius dari Nyssa dan mengatakan, "Tidak ada alasan untuk mengasumsikan bahwa Maria sepenuhnya tidak mengetahui dasar-dasar ilmu biologi. Ia kiranya mengetahui cara yang normal mengenai bagaimana anak dikandung. Jika ia mengantisipasi untuk mempunyai anak dan tidak berniat untuk mempertahankan kaul keperawanan, ia hampir pasti tidak perlu bertanya 'bagaimana' ia bisa memiliki seorang anak, karena memiliki seorang anak dengan cara yang normal akan diharapkan oleh seorang pengantin baru."[110] Scott Hahn mengatakan Naskah Laut Mati memberikan bukti bahwa selibat merupakan suatu praktik umum di beberapa sekte Israel, sehingga adalah hal yang masuk akal jika Maria telah berkaul keperawanan untuk selamanya sebelum mengandung Yesus.[111]

Raymond E. Brown menggali permasalahan bagaimana seandainya peristiwa pewartaan kabar gembira oleh malaikat (Anunsiasi) tidak benar-benar terjadi sebagaimana digambarkan secara harafiah dalam Injil Lukas, dan menyimpulkan bahwa Injil tetap dapat dilihat sebagai landasan iman yang tidak mungkin salah.[104]

[[Berkas:Gentile da Fabriano, Kreuzigung.jpg|jmpl|180px|"Ibu, inilah anakmu!", karya Gentile da Fabriano, s.1400]]

Ibu, inilah anakmu!

Bagian lain dari Alkitab yang digunakan untuk mendukung doktrin keperawanan abadi adalah perkataan Yesus di kayu salib, yaitu perkataan-Nya kepada ibu-Nya "Ibu, inilah anakmu!" dan kepada murid yang dikasihi-Nya: "Inilah ibumu!" dalam Injil Yohanes 19:26-27.[52][53][112] Injil Yohanes kemudian menyatakan bahwa "sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya". Sejak zaman patristik pernyataan ini telah digunakan sebagai alasan yang masuk akal bahwa sejak kematian Yesus tidak ada orang lain lagi di keluarga dekatnya yang dapat merawat Maria, dan ia perlu dipercayakan kepada sang murid mengingat bahwa ia tidak memiliki anak-anak lain.[52][53][112] Bagian ini merupakan salah satu argumen yang disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II untuk mendukung doktrin keperawanan abadi.[53][113] Sang Paus juga beralasan bahwa perkataan "Ibu, inilah anakmu!" bukan sekadar mempercayakan Maria kepada murid tersebut, tetapi juga mempercayakan sang murid kepada Maria demi mengisi kekosongannya sebagai seorang ibu akibat kematian putra tunggalnya di kayu salib.[114][115] Sementara Taylor mengemukakan kesulitan dalam penafsiran ini dari teks tersebut, yaitu bahwa itu mengabaikan kenyataan atas posisi kehormatan Yohanes sebagai 'murid yang dikasihi-Nya'.[92] Namun tampak aneh dan sangat di luar kebiasaan, menurut Keating, bahwa Yesus akan menempuh cara tersebut untuk mengabaikan ikatan keluarga dan meninggalkan suatu aib besar bagi "saudara-saudara"-Nya dengan mempercayakan ibu mereka kepada orang lain: "Sulit untuk dibayangkan mengapa Yesus akan mengabaikan ikatan keluarga dan membuat keputusan ini bagi ibu-Nya apabila keempatnya [Yakobus, Yoses/Yusuf, Yudas, Simon] adalah juga anak-anaknya".[106]

Rujukan

WikiPedia: Keperawanan_abadi_Maria http://www.vatican.va/archive/ENG0015/__P1K.HTM http://www.ocf.org/OrthodoxPage/liturgy/liturgy.ht... http://www.coptic.net/prayers/StBasilLiturgy.html http://www.copticchurch.net/topics/liturgy/liturgy... http://web.ukonline.co.uk/ephrem/lit-james.htm https://web.archive.org/web/20080615045105/http://... http://www.frmichel.najim.net/liturgyvid.pdf http://www.peshitta.org/pdf/wigram.pdf https://books.google.co.id/books?id=Dx4WrfzZMsoC http://www.prounione.urbe.it/pdf/f_prounione_bulle...